2

Cerpen Cinta Pertama : First Love




Dalam perbincangan dengan seorang sahabat, saya dicurhatinya tentang cinta pertama yang menjadi masa lalunya. Sahabat saya itu mengatakan, ia sangat ingin melupakan cinta pertamanya yang menyakitkan, karena sang pacar jelas-jelas telah berselingkuh menyakiti hatinya. 

Lalu saya sela ceritanya dengan satu pertanyaan,dilupakan? emang bisa? Lalu sahabat saya pun menyambar, yaa…pasti bisa dong, wong aku udah disakiti,  rugi amat  kalo ga dilupain…pokoknya aku akan membuang segala hal yang berhubungan dengannya..akan kulupakan semua tentangnya…demikian jawabnya  yakin.

Pada kisah berbeda, seorang sahabat saya yang lain membuat komitmen bersama pasangannya yang kebetulan sangat pencemburu. Mereka bersepakat satu sama lain wajib melupakan masa lalu, termasuk soal cinta pertama masing-masing, agar hubungan mereka langgeng abadi selamanya. Serupa yang saya tanyakan diawal, mungkinkah bisa?

Belajar dari kedua cerita diatas, saya jadi berpikir. Saya kok merasa melupakan sesuatu yang pernah terjadi di kehidupan kita adalah pekerjaan mustahil aliasimpossible. Karena faktanya, bila mau jujur, hampir sebagian besar orang bila ditanya, rasanya tak mungkin bisa melupakan masa lalu, apalagi bila itu menyangkut urusan cinta. Baik tentang hal yang indah atau  juga yang pahit. Kecuali, bila yang bersangkutan menderita penyakit sejenis demensia atau pikun lho ya…kalau ini tentu beda lagi masalahnya…hehehe..

Ungkapan First Love Never Die, sudah sangat lazim kita dengar. Rasanya ungkapan ini tidaklah terlalu berlebihan. Meski banyak orang menyangkalnya dan membuat anti thesis tentang ini. Namun faktanya yang sering terjadi kemudian, semakin ingin dilupakan, malah akan semakin ingatlah kita.
Seorang teman saya yang sudah sangat sering bergonta ganti pacar menjalin hubungan, mengaku tak ingat pada siapa cinta pertamanya berlabuh. Namun saat ditanya cinta manakah yang paling berkesan, tak menunggu lama iapun dengan cepat bisa menjawabnya.

Memori akan momen-momen hidup paling  berkesan, paling indah, paling menyakitkan, paling lucu, pastilah akan mendominasi pikiran kita. Namanya saja  sudah dilabeli “paling”. Ungkapan superlatif yang menunjukkan sesuatu yang dominan. Hingga kalaupun peristiwanya telah berlalu digantikan momen-momen yang lain, ia tetap takkan bisa hilang. Tetap akan ada, menempati sudut ruang hati kita yang terdalam. Karenanya adalah hal mustahil bisa menghapusnya. Apalagi sampai terobsesi berniat melupakan dengan memboikot dan membuang segala hal yang berhubungan dengannya, seperti yang dilakukan oleh sahabat 
saya tersebut.

Padahal tanpa perlu cara se-ekstrem itu kita tetap bisa kok keluar dari masa lalu. Caranya? Tentu saja dengan melapisi hati dengan cinta yang baru. Menjajaki epiosode cinta berikutnya.
Ada banyak cara orang menyikapi kenangan cinta pertama. Ada yang mati-matian menyangkalnya, meski hati kecilnya berkata lain. Biasanya yang bersikap seperti ini punya kenangan masa lalu yang pahit dan tidak menyenangkan.
Ada yang tetap  membiarkannya bersemi dengan terus menerus mengingatnya, hingga ia hidup  dalam bayang-bayang cinta pertamanya. Terpenjara  dalam masa lalu. Membuatnya sulit menerima cinta baru yang datang padanya. Kalaupun menerima, biasanya selalu saja dihubung-hubungkan dengan cinta pertamanya itu.

Namun, ada pula yang  santai saja menghadapinya. Yang seperti  ini lebih realistis. Mampu berpikir, bahwa masa lalu adalah bagian dari episode hidup yang pasti menghampiri semua orang.  Dan hal terpenting bagi mereka adalah apa  yang digenggamnya hari ini. Bagi orang seperti ini, nostalgia cinta pertama hanyalah sekedar momen yang  indah untuk dikenang saja. Hanya cukup untuk membuatnya tersenyum dan menganggapnya sebagai cerita manis yang pernah singgah menghampiri kehidupannya.
Masa lalu tentu saja menjadi titik kita melesat menjadi seperti sekarang ini. Karena bila saja waktu bisa diputar, mungkin sebagian kita ingin kembali pada indahnya kisah masa lalu dan memimpikan cinta pertama itu menjadi cinta terakhir kita. Meski hal ini bisa saja terjadi pada sebagian orang. Tapi kita tentu tak bisa mengukir  sendiri takdir kita. Di depan sana, Tuhan sudah mempersiapkan  cerita lain yang boleh jadi jauh lebih indah dari yang kita duga.

Jadi yang terpenting bukan melupakan bahwa cinta pertama pernah hadir dalam hidup kita, tapi menerima bahwa itu telah menjadi bagian dari masa lalu. Bagaimanapun kita hidup di masa kini. Meski tak pernah bisa terlupakan bukan berarti kita tak bisa meredamnya. Biar saja cinta pertama  itu  menjadi kenangan. Tersimpan indah di sudut hati. Toh bagaimanapun, baik buruknya kisah lama, semuanya adalah kepingan cerita yang sejatinya melengkapi mozaik hidup kita…
.
Nah…bagaimana menurut anda?
.
 
Copyright © .:: WilLy Wijaya ::.